Bangunan Keislaman #1

Jika diibaratkan sebuah rumah, kita tentu berharap rumah yang disinggahi memberikan kenyamanan. Rasa damai dan aman berada di dalamnya. Dengan pondasi yang kuat menghujam, dengan tiang penyangga yang kokoh, jendela dan ventilasi udara yang menyegarkan dan menyejukkan, dinding yang gagah tak goyah, serta atap yang membuat terlindung dari terik matahari dan tetes-tetes hujan. Maka rukun Islam adalah sebaik-baik bangunan.

Kamu tahu, apa yang membuat bangunan keislaman kita kokoh tanpa keraguan, tanpa kebimbangan? Mari diskusikan.

  1. Menjaga kelurusan aqidah.Aqidah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan (Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari). Aqidah yang lurus adalah aqidah islamiyah. Akal berpikir tentang keesaan Allah, berpikir tentang teladan terbaik yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, dan hati yang senantiasa berzikir memohon petunjuk jalan keselamatan yang diridhoi Allah. Kita melangkah sebagai seorang muslim, ada rambu yang telah Allah atur dalam al-qur’an dan tuntunan Nabi Muhammad shollallahu ‘alayhi wa sallam. Dr. Ali bin Sa’id Al-Ghamidi menuturkan dalam kitab Daliilul Maratul Muslimah, aqidah yang lurus akan menentukan sah atau tidaknya amal perbuatan seorang muslim. Jika aqidahnya lurus, apapun perkara -kebaikan- yang dikerjakan insyaallah akan benar. Namun sebaliknya, apabila aqidahnya batil, segala perkara yang bercabang darinya pun akan batil.Barang siapa yang ingin ibadah dan amal perbuatannya mendapat nilai di sisi Allah, maka sudah semestinya memiliki aqidah yang selamat. Mengesakan Allah dengan sepenuh keyakinan, beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benar keimanan.
  2. Menjaga dan meningkatkan ibadah. Jika rukun iman adalah perkara hati karena tak tampak mata, maka rukun Islam adalah perwujudan dari keimanan. Maka dalam aqidah islamiyah, ada tiga hal yang juga perlu kita pahami, yaitu Islam, iman, dan ihsan. Hal tersebut seperti termaktub dalam hadits berikut:Dari Umar radhiyallahu ‘anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu ’alayhi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu ’alayhi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu ’alayhi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

    Oleh karena itu, untuk menunaikan rukun Islam kita memiliki kewajiban untuk menjaga dua kalimat syahadat, menegakkan sholat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah. Dalam kalimat syahadat ada dua bagian, bagian pertama adalah tentang mengesakan Allah -sudah kita bahas di poin pertama- dan bagian kedua adalah kesaksian bahwa Nabi Muhammad shollallahu ‘alayhi wasallam adalah utusan Allah. Pada bagian kedua ini maknanya terangkum dalam beberapa hal: 1. Menaati segala perintah Rasulullah; 2. Membenarkan apa yang beliau kabarkan; 3. Menjauhi segala larangan Rasulullah.

    Jika syahadat adalah pondasi keislaman maka sholat adalah tiangnya. Sa’id Hawwa dalam Al-Islam mengatakan bahwa shalat adalah landasan pokok hubungan manusia dan merupakan aktualisasi makna iman yang bersemayam dalam qalbu. Dengan sholat, Sa’id Hawwa melanjutkan, seseorang dapat mengingat Allah, mengingat hari akhir, mengingat Nabi Muhammad shollallahu ‘alayhi wasallam, dan dengan sholat dapat mengingat al-qur’an dan jalan yang menunjukkan kepada ridho Allah. Sholat merupakan bukti keimanan karena meninggalkan sholat artinya kita mendekatkan diri pada kekufuran. Meningkatkan ibadah dengan menegakkan sholat dapat diartikan kita sedang menegakkan tiang bangunan. Jika ingin bangunan yang kokoh maka tiang penyangganya mestilah berdiri tegak. Keimanan yang lurus akan membuat ibadah kita lebih bernilai, mendapat perhatian dari Allah. Maka dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan yang disyariatkan, sesuai dengan tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alayhi wasallam. Seorang yang memiliki aqidah menyimpang maka akan menyimpang pula pelaksanaan ibadahnya. Kemantapan aqidah pada jiwa seseorang dan dinamika iman ada dalam hatinya yang akan menentukan kualitas keistiqomahannya memeluk ajaran Islam. Dengan sholat, aqidah jadi lebih hidup sehingga dapat menjaga keyakinan terhadap Allah. Sholat adalah cerminan pengenalan seorang muslim kepada Allah dan pelaksanaan tauhid uluhiyah –mengesakan Allah dengan beribadah kepada-Nya-. Tahu kenapa? Dengan sholat kita mengakui dan meyakini serta berterima kasih kepada Allah sebagai Rabb yang esa, tidak ada sesembahan selain-Nya. Menegakkan sholat dapat menghapuskan dosa sebagaimana hadits Rasulullah shollallahu ‘alayhi wasallam; Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: ‘Ketika Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam berada di masjid duduk bersama kami tiba-tiba seseorang datang kepadanya lalu berkata; Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya telah melakukan kejahatan, maka hukumlah aku!’. Rasulullah diam dan ia mengulangi kembali pernyataannya. Rasulullah tetap diam tidak menjawab. Sedangkan qamat untuk sholat telah diserukan. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam selesai shalat dan keluar, orang itu mengikutinya dan aku (Abu Umamah) pun mengikutinya dan menunggu jawaban Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam kepadanya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda kepadanya: ‘Bukankah ketika keluar dari rumah, kamu berwudhu dengan baik?’ Ia menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Kemudian Rasulullah bertanya, ‘Kemudian kamu shalat bersama kami?’. Ia menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu’ (HR. Muslim. Adapun hadits serupa dari Anas diriwayatkan oleh Bukhori dan Abu Dawud).

    *bersambung

 

One thought on “Bangunan Keislaman #1

  1. Pingback: Bangunan Keislaman #2 – Ruang Jiah

Leave a comment